Teruntuk seseorang yang
pernah aku perjuangkan. Teruntuk seseorang yang pernah aku inginkan. Harusnya
detik ini rasa itu masih sama. Tapi entah kenapa rasa itu kini hambar. Bukan
karena siapa atau apa, tapi ini karena kita. Mungkin aku lelah. Atau mungkin
kamu yang tak peduli.
Aku menatap langit. Mencoba bertanya pada hati ini, apakah
masih ada ruang untuknya seperti dulu? Lalu aku bertanya, relakah jika penghuni
hati ini harus pergi? Mata ini terpejam. Hati ini menjawab, mungkin iya. Raga
ini lelah. Lelah berjuang sendiri. Lelah berharap.
Nyatanya bulir bening itu menetes. Teringat semua yang pernah
diperjuangkan. Teringat kenangan manis antara kita. Mungkin ini berat. Berat
merelakan kamu pergi. Ragamu boleh saja aku relakan pergi. Tapi bayangmu masih
menghantui.
Setelah selama ini mengapa aku merelakan kamu pergi? Karena
ada satu rahasia illahi yang sepertinya baru aku ketahui. Bukan aku tak mau mengubah
rahasia illahi itu. Tapi aku putus asa. Bukan pasrah dan hanya menerima. Tapi
aku yakin rahasia illahi itu memang yang terbaik untuk kita.
Terima kasih untuk semua kenangan manis yang tercipta. Terima
kasih karena telah mengisi lembar demi lembar buku kehidupanku. Semoga ini yang
terbaik untuk kita. Jika aku boleh mengucap kata terakhir untukmu. Aku
mencintaimu, kepada kamu yang baru saja pergi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar