Jumat, 27 Juni 2014

WASTAFEL, do you remember?

Bukber WASTAFEL

Maklum ini jaman jahiliyah alay

You think?

So sweet

Tanda tangan calon orang-orang sukses

*miss*
Alhamdulillah ya sesuatu
Boyband WASTAFEL
Batik bikinan sendiri nih
Selfie everywhere
Selfie sama ustadzah WASTAFEL
Duo keong racun *isi sendiri*

Pukpuk bima

KAMU, MOTIVASI BUKAN AMBISI



    Satu tahun yang lalu saat aku berpikir tentang masa depan, sejenak terpikir untuk mengikuti jejak seseorang. Sesaat ada hasrat ingin bersamanya disana, karena aku tidak ingin kehilangan dia lagi. Ya, rasanya naif saat berbicara tentang masa depan tetapi kamu lebih mementingkan nafsu. Perlahan namun pasti aku meyakinkan diriku sendiri untuk mengambil keputusan itu. Mimpiku dipenuhi angan untuk segera bersama dia disana. Alangkah indahnya bila hariku hanya dipenuhi olehnya, alangkah senangnya bila aku dapat bertemu dia kembali. Mulai hari itu aku mendeklarasikan diriku untuk mengikuti jejaknya. Tanpa berpikir panjang memang, tanpa berkonsultasi kepada kedua orangtua. Tapi pikirku, jika ini keputusanku pastilah kedua orangtuaku merestui pilihanku ini.


    Ternyata tidak. Saat aku membicarakan masa depanku dengan kedua orangtuaku, mereka tidak merestui mimpiku. Aku jatuh. Impianku menguap. Diam-diam aku menangisi sikap kedua orangtuaku. Ternyata alasannya adalah jarak. Disana aku tidak ada saudara, kedua orangtuaku khawatir jika terjadi apa-apa. Sejak saat itu aku mulai menyusun kembali impianku yang sempat menguap. Aku meneguhkan hati untuk menerima segala keputusan. Bagaimanapun restu orangtua adalah yang paling utama, dan ketika impianmu tidak direstui kamu bisa apa?





    Aku mulai berpikir, dulu disaat keinginanku menggebu sejatinya apa yang aku inginkan? Menjemput masa depan dengan adanya dia disampingku atau hanya karena nafsu sesaat yang muncul karena aku ingin memilikinya. Nampaknya jawaban itu sudah jelas. Dulu tanpa berpikir panjang aku memutuskan sesuatu, hanya menuruti nafsu tanpa memikirkan tujuan. Sekarang saat kenyataan berbicara, aku mungkin kecewa tapi aku bersyukur karena aku belum terlampau jauh melangkah.


    Aku mencintai dia yang disana. Dulu aku berbuat kesalahan yang membuat dia pergi jauh. Sekarang saat kesempatan memperbaiki itu ada garis Tuhan lah yang berbicara. Sekarang aku mengerti definisi ‘mencintai’ yang lain. Mencintai artinya merelakan. Bukan, bukan pasrah. Ini lebih kepada disaat dua orang insan yang saling ‘mencintai’ tetapi sudah tidak bisa disatukan karena suatu hal. Oleh karena hal itu salah satu diantara mereka harus ada yang merelakan, hanya kata-kata ini patokan mereka : “Kalau jodoh nggak kemana kok.” “Kalau jodoh pasti bertemu.” Simple sih tapi aku sangat percaya akan hal itu.
 
    Aku banyak belajar akan kisah ini. Mungkin sekarang Tuhan sedang menggariskan bahwa aku dan dia harus menempuh jalan masing-masing. Mungkin Tuhan ingin aku belajar mengikhlaskan. Mungkin kami harus seperti ini dulu sampai saatnya kami dapat bersama. Atau mungkin saja Tuhan ingin menyampaikan bahwa kami tidak berjodoh sedari awal.


    Sampai detik ini aku bersyukur pernah ada dia di perjalanan hidupku. Terimakasih telah mengajarkanku artinya mengikhlaskan. Terimakasih telah menjadi sosok motivator bagiku. Semoga aku bisa sukses sepertimu menjalani masa depan, walaupun aku tahu tidak ada kamu disampingku.